Senin, 26 Desember 2011

Michael H. Hart : Muhammad, Tokoh Dunia Paling Berpengaruh

Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.

Berasal-usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar.

Sebagian besar dari orang-orang yang tercantum di dalam buku ini merupakan makhluk beruntung karena lahir dan dibesarkan di pusat-pusat peradaban manusia, berkultur tinggi dan tempat perputaran politik bangsa-bangsa. Muhammad lahir pada tahun 570 M, di kota Mekkah, di bagian agak selatan Jazirah Arabia, suatu tempat yang waktu itu merupakan daerah yang paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu pengetahuan. Menjadi yatim-piatu di umur enam tahun, dibesarkan dalam situasi sekitar yang sederhana dan rendah hati. Sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa Muhamnmad seorang buta huruf. Keadaan ekonominya baru mulai membaik di umur dua puluh lima tahun tatkala dia kawin dengan seorang janda berada. Bagaimanapun, sampai mendekati umur empat puluh tahun nyaris tak tampak petunjuk keluarbiasaannya sebagai manusia.

Umumnya, bangsa Arab saat itu tak memeluk agama tertentu kecuali penyembah berhala Di kota Mekkah ada sejumlah kecil pemeluk-pemeluk Agama Yahudi dan Nasrani, dan besar kemungkinan dari merekalah Muhammad untuk pertama kali mendengar perihal adanya satu Tuhan Yang Mahakuasa, yang mengatur seantero alam. Tatkala dia berusia empatpuluh tahun, Muhammad yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa ini menyampaikan sesuatu kepadanya dan memilihnya untuk jadi penyebar kepercayaan yang benar.

Selama tiga tahun Muhammad hanya menyebar agama terbatas pada kawan-kawan dekat dan kerabatnya. Baru tatkala memasuki tahun 613 dia mulai tampil di depan publik. Begitu dia sedikit demi sedikit punya pengikut, penguasa Mekkah memandangnya sebagai orang berbahaya, pembikin onar. Di tahun 622, cemas terhadap keselamatannya, Muhammad hijrah ke Madinah, kota di utara Mekkah berjarak 200 mil. Di kota itu dia ditawari posisi kekuasaan politik yang cukup meyakinkan.

Peristiwa hijrah ini merupakan titik balik penting bagi kehidupan Nabi. Di Mekkah dia susah memperoleh sejumlah kecil pengikut, dan di Medinah pengikutnya makin bertambah sehingga dalam tempo cepat dia dapat memperoleh pengaruh yang menjadikannya seorang pemegang kekuasaan yang sesungguhnya. Pada tahun-tahun berikutnya sementara pengikut Muhammad bertumbuhan bagai jamur, serentetan pertempuran pecah antara Mektah dan Madinah. Peperangan ini berakhir tahun 630 dengan kemenangan pada pihak Muhammad, kembali ke Mekkah selaku penakluk. Sisa dua setengah tahun dari hidupnya dia menyaksikan kemajuan luar-biasa dalam hal cepatnya suku-suku Arab memeluk Agama Islam. Dan tatkala Muhammad wafat tahun 632, dia sudah memastikan dirinya selaku penguasa efektif seantero Jazirah Arabia bagian selatan.

Suku Bedewi punya tradisi turun-temurun sebagai prajurit-prajurit yang tangguh dan berani. Tapi, jumlah mereka tidaklah banyak dan senantiasa tergoda perpecahan dan saling melabrak satu sama lain. Itu sebabnya mereka tidak bisa mengungguli tentara dari kerajaan-kerajaan yang mapan di daerah pertanian di belahan utara. Tapi, Muhammadlah orang pertama dalam sejarah, berkat dorongan kuat kepercayaan kepada keesaan Tuhan, pasukan Arab yang kecil itu sanggup melakukan serentetan penaklukan yang mencengangkan dalam sejarah manusia. Di sebelah timurlaut Arab berdiri Kekaisaran Persia Baru Sassanids yang luas. Di baratlaut Arabia berdiri Byzantine atau Kekaisaran Romawi Timur dengan Konstantinopel sebagai pusatnya.

Ditilik dari sudut jumlah dan ukuran, jelas Arab tidak bakal mampu menghadapinya. Namun, di medan pertempuran, pasukan Arab yang membara semangatnya dengan sapuan kilat dapat menaklukkan Mesopotamia, Siria, dan Palestina. Pada tahun 642 Mesir direbut dari genggaman Kekaisaran Byzantine, dan sementara itu balatentara Persia dihajar dalam pertempuran yang amat menentukan di Qadisiya tahun 637 dan di Nehavend tahun 642.

Tapi, penaklukan besar-besaran --di bawah pimpinan sahabat Nabi dan penggantinya Abu Bakr dan Umar ibn al-Khattab-- itu tidak menunjukkan tanda-tanda stop sampai di situ. Pada tahun 711, pasukan Arab telah menyapu habis Afrika Utara hingga ke tepi Samudera Atlantik. Dari situ mereka membelok ke utara dan menyeberangi Selat Gibraltar dan melabrak kerajaan Visigothic di Spanyol.

Sepintas lalu orang mesti mengira pasukan Muslim akan membabat habis semua Nasrani Eropa. Tapi pada tahun 732, dalam pertempuran yang masyhur dan dahsyat di Tours, satu pasukan Muslimin yang telah maju ke pusat negeri Perancis pada akhirnya dipukul oleh orang-orang Frank. Biarpun begitu, hanya dalam tempo secuwil abad pertempuran, orang-orang Bedewi ini -dijiwai dengan ucapan-ucapan Nabi Muhammad- telah mendirikan sebuah empirium membentang dari perbatasan India hingga pasir putih tepi pantai Samudera Atlantik, sebuah empirium terbesar yang pernah dikenal sejarah manusia. Dan di mana pun penaklukan dilakukan oleh pasukan Muslim, selalu disusul dengan berbondong-bondongnya pemeluk masuk Agama Islam.

Ternyata, tidak semua penaklukan wilayah itu bersifat permanen. Orang-orang Persia, walaupun masih tetap penganut setia Agama Islam, merebut kembali kemerdekaannya dari tangan Arab. Dan di Spanyol, sesudah melalui peperangan tujuh abad lamanya akhirnya berhasil dikuasai kembali oleh orang-orang Nasrani. Sementara itu, Mesopotamia dan Mesir dua tempat kelahiran kebudayaan purba, tetap berada di tangan Arab seperti halnya seantero pantai utara Afrika. Agama Islam, tentu saja, menyebar terus dari satu abad ke abad lain, jauh melangkah dari daerah taklukan. Umumnya jutaan penganut Islam bertebaran di Afrika, Asia Tengah, lebih-lebih Pakistan dan India sebelah utara serta Indonesia. Di Indonesia, Agama Islam yang baru itu merupakan faktor pemersatu. Di anak benua India, nyaris kebalikannya: adanya agama baru itu menjadi sebab utama terjadinya perpecahan.

Apakah pengaruh Nabi Muhammad yang paling mendasar terhadap sejarah ummat manusia? Seperti halnya lain-lain agama juga, Islam punya pengaruh luar biasa besarnya terhadap para penganutnya. Itu sebabnya mengapa penyebar-penyebar agama besar di dunia semua dapat tempat dalam buku ini. Jika diukur dari jumlah, banyaknya pemeluk Agama Nasrani dua kali lipat besarnya dari pemeluk Agama Islam, dengan sendirinya timbul tanda tanya apa alasan menempatkan urutan Nabi Muhammad lebih tinggi dari Nabi Isa dalam daftar. Ada dua alasan pokok yang jadi pegangan saya. Pertama, Muhammad memainkan peranan jauh lebih penting dalam pengembangan Islam ketimbang peranan Nabi Isa terhadap Agama Nasrani. Biarpun Nabi Isa bertanggung jawab terhadap ajaran-ajaran pokok moral dan etika Kristen (sampai batas tertentu berbeda dengan Yudaisme), St. Paul merupakan tokoh penyebar utama teologi Kristen, tokoh penyebarnya, dan penulis bagian terbesar dari Perjanjian Lama.

Sebaliknya Muhammad bukan saja bertanggung jawab terhadap teologi Islam tapi sekaligus juga terhadap pokok-pokok etika dan moralnya. Tambahan pula dia "pencatat" Kitab Suci Al-Quran, kumpulan wahyu kepada Muhammad yang diyakininya berasal langsung dari Allah. Sebagian terbesar dari wahyu ini disalin dengan penuh kesungguhan selama Muhammad masih hidup dan kemudian dihimpun dalam bentuk yang tak tergoyangkan tak lama sesudah dia wafat. Al-Quran dengan demikian berkaitan erat dengan pandangan-pandangan Muhammad serta ajaran-ajarannya karena dia bersandar pada wahyu Tuhan. Sebaliknya, tak ada satu pun kumpulan yang begitu terperinci dari ajaran-ajaran Isa yang masih dapat dijumpai di masa sekarang. Karena Al-Quran bagi kaum Muslimin sedikit banyak sama pentingnya dengan Injil bagi kaum Nasrani, pengaruh Muhammad dengan perantaraan Al-Quran teramatlah besarnya. Kemungkinan pengaruh Muhammad dalam Islam lebih besar dari pengaruh Isa dan St. Paul dalam dunia Kristen digabung jadi satu. Diukur dari semata mata sudut agama, tampaknya pengaruh Muhammad setara dengan Isa dalam sejarah kemanusiaan.

Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa) Muhammad bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi. Fakta menunjukkan, selaku kekuatan pendorong terhadap gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab, pengaruh kepemimpinan politiknya berada dalam posisi terdepan sepanjang waktu.
Dari pelbagai peristiwa sejarah, orang bisa saja berkata hal itu bisa terjadi tanpa kepemimpinan khusus dari seseorang yang mengepalai mereka. Misalnya, koloni-koloni di Amerika Selatan mungkin saja bisa membebaskan diri dari kolonialisme Spanyol walau Simon Bolivar tak pernah ada di dunia. Tapi, misal ini tidak berlaku pada gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab. Tak ada kejadian serupa sebelum Muhammad dan tak ada alasan untuk menyangkal bahwa penaklukan bisa terjadi dan berhasil tanpa Muhammad. Satu-satunya kemiripan dalam hal penaklukan dalam sejarah manusia di abad ke-13 yang sebagian terpokok berkat pengaruh Jengis Khan. Penaklukan ini, walau lebih luas jangkauannya ketimbang apa yang dilakukan bangsa Arab, tidaklah bisa membuktikan kemapanan, dan kini satu-satunya daerah yang diduduki oleh bangsa Mongol hanyalah wilayah yang sama dengan sebelum masa Jengis Khan
Ini jelas menunjukkan beda besar dengan penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab. Membentang dari Irak hingga Maroko, terbentang rantai bangsa Arab yang bersatu, bukan semata berkat anutan Agama Islam tapi juga dari jurusan bahasa Arabnya, sejarah dan kebudayaan. Posisi sentral Al-Quran di kalangan kaum Muslimin dan tertulisnya dalam bahasa Arab, besar kemungkinan merupakan sebab mengapa bahasa Arab tidak terpecah-pecah ke dalam dialek-dialek yang berantarakan. Jika tidak, boleh jadi sudah akan terjadi di abad ke l3. Perbedaan dan pembagian Arab ke dalam beberapa negara tentu terjadi -tentu saja- dan nyatanya memang begitu, tapi perpecahan yang bersifat sebagian-sebagian itu jangan lantas membuat kita alpa bahwa persatuan mereka masih berwujud. Tapi, baik Iran maupun Indonesia yang kedua-duanya negeri berpenduduk Muslimin dan keduanya penghasil minyak, tidak ikut bergabung dalam sikap embargo minyak pada musim dingin tahun 1973 - 1974. Sebaliknya bukanlah barang kebetulan jika semua negara Arab, semata-mata negara Arab, yang mengambil langkah embargo minyak.

Jadi, dapatlah kita saksikan, penaklukan yang dilakukan bangsa Arab di abad ke-7 terus memainkan peranan penting dalam sejarah ummat manusia hingga saat ini. Dari segi inilah saya menilai adanya kombinasi tak terbandingkan antara segi agama dan segi duniawi yang melekat pada pengaruh diri Muhammad sehingga saya menganggap Muhammad dalam arti pribadi adalah manusia yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia.


Oleh : Michael H. Hart

Read more »

Minggu, 25 Desember 2011

Berfikir dan Bertindak Cerdas

Kesulitan dan masalah hidup memang sudah menjadi hal yang mesti terjadi dalam kehidupan ini.  Setiap manusia sejatinya merupakan tempat masalah serta kesulitan akan menyertainya dalam menjalani ketentuan-ketentuan dalam hidupnya.
Jangankan orang miskin, orang kaya yang terbalut harta pun tidak terlewatkan oleh kesulitan dan problem dunia, bahkan seorang nabi niscaya kesulitan, masalah, ancaman selalu menyertai dalam menjalankan misi kenabiannya. Ehm, apalagi kita, manusia biasa……
Permasalahan hidup setiap manusia sebenarnya relative sama.  Sakit, bencana, selingkuh, kemiskinan, kenakalan anak, pendidikan, pengangguran, usaha bangkrut, tertipu, dan sejuta problem lainnya. Masalah-masalah tersebut barangkali akan membuat kita merasa menjadi orang paling sial dan mungkin saja akan menjadikan keberanian untuk mencela Sang Pencipta.  Ribet, ketika panas kita mengeluh, ketika hujan dan dingin kita merasa susah, ketika sakit kita berputus asa, kehilamgan harta kita marah, ketika lapar kita merasa menderita, ketika kenyang kita mencela, tak punya anak menangis, punya banyak anak juga menangis, masih lajang gelisah, bersuami/beristri juga resah. Terus piye ? 
Sang Pencipta menciptakan kesulitan bagi manusia tentu saja bukan tak beralasan.  Kata orang bijak, kesulitan itu bisa jadi adalah ujian, cobaan, peringatan bagi manusia.  Nah, yang terpenting adalah cara kita dalam menjalaninya. Tentu saja mesti dengan cara yang cerdas dan kreatif.
Berbicara tentang cerdas dan kreatif sama halnya bicara tentang kemampuan otak kita untuk berfikir dalam merespon kesulitan yang ada sehingga akan memerintahkan suatu tindakan yang cerdas dan kreatif.  Otak kanan dan otak kiri bahkan otak tengah mesti bersinergi untuk menghasilkan solusi yang cerdas.  (pembahasan otak kanan, otak kiri dan otak tengah kali lain aja ya…sorry)
Ketika kita berharap buah jeruk yang manis tetapi tersedianya hanya sebuah lemon asam, lantas apakah kita ya harus marah atau kecewa ? Bagi orang yang cerdas dan kreatif tentu saja hal ini bukan masalah karena ia akan menggunakan fikirannya untuk menjadikan lemon asam tadi menjadi minuman yang menyegarkan.
Pernahkah kita berfikir bahwa kekurangan adalah kelebihan, kesulitan adalah jalan kemudahan dan musibah adalah berkah ? Ya, memang susah berfikir positif.  Jujur saja, saya juga lagi belajar untuk menjadi orang berfikiran positif.
Ada cerita singkat yang mungkin bisa sedikit mencerahkan fikiran kita. Ini tentang dua orang buta yang pinter main gitar dan menyanyi.  Orang buta ini sama mempunyai anak yang bersekolah SMP.  Untuk menghidupi keluarga dan mencukupi kebutuhan sekolah anaknya, mereka tiap hari ngamen di mall.  Saat ngamen, orang buta pertama duduk sebelah kiri jalan dan orang buta kedua duduk sebelah kanan jalan.  Orang buta pertama memasang tulisan didepannya yang berbunyi : “ BERILAH UANG, KASIHANILAH SAYA BUTA TIDAK BISA MELIHAT DAN TIDAK BISA BEKERJA  “. 
Setiap hari selepas sore mereka pun menghitung uang hasil ngamennya.  Pendapatan pengamen kedua selalu lebih banyak daripada pengamen pertama.  Begitu setiap harinya.  Sahabat, kira-kira tahu gak sebabnya ? Bukan karena suara pengamen kedua lebih merdu daripada pengamen pertama, juga bukan karena permainan gitarnya yang lebih bagus, ternyata pengamen kedua ini juga memasang tulisan didepannya.  Nah, hanya saja tulisannya yang beda.  Pengamen ini menulisi kertas didepannya dengan tulisan : “ BERILAH UANG, SAYA BUTA DAN INGIN OPERASI MATA AGAR BISA MELIHAT DAN BEKERJA NORMAL SEPERTI ANDA “. Ya. Itulah rahasianya….
Cerdas kan ?

By ; Winardi Jadmiko

Read more »

Kamis, 22 Desember 2011

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


EMPOWERMENT dalam bahasa Indonesia berarti PEMBERDAYAAN adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan Barat terutama Eropa. Untuk memahami konsep empowerment secara tepat dan jernih memerlukan upaya pemahaman latar belakang kontekstual yang melahirkannya. Konsep tersebut telah begitu meluas diterima dan dipergunakan, mungkin dengan pengertian dan persepsi yang berbeda satu dengan yang lain. Penerimaan dan pemakaian konsep tersebut secara kritikal tentunya meminta kita mengadakan telaah yang sifatnya mendasar.
Konsep Empowerment mulai nampak pada dekade 70-an dan berkembang sepanjang tahun 80-an sampai 90-an. Konsep ini muncul bersamaan dengan aliran eksistensialisme, fenomenologi, personalisme dan kemudian lebih dekat dengan gelombang Neo-Marxisme, Freudianisme, aliran-aliran seperti strukturalisme dan sosiologi kritik sekolah Frankfurt serta konsep seperti elit, kekuasaan, anti-establishment, gerakan populis, anti-struktur, legitimasi, idiologi, pembebasan dan konsep civil society. Konsep Empowerment dipandang sebagai bagian atau sejiwa dengan aliran-aliran paruh kedua abad 20 yang banyak dikenal sebagai aliran Posmodernisme dengan titik berat sikap dan orientasinya adalah anti sistem, anti struktur dan anti determinisme. Maka untuk memahaminya perlu menggali akar terdalam dari aliran tersebut yaitu gelombang pemikiran baru (aufklarung) ataupun enlightenment.
Memahami gerakan pemikiran baru tersebut akan sejalan dengan menelaah lahirnya Eropa Modern sebagai reaksi terhadap pemikiran, tata masyarakat dan tata budaya sebelumnya (abad pertengahan) Pemberdayaan Masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial
Konsep ini mencerminkan paradigma pembangunan yang bersifat:
People Centered
Participatory
Empowering and
Sustainable (Chambers, 1995)
Oleh Friedman (1992), konsep ini disebut “Development”, yang menghendaki : Inclusive democracy, appropriate economic growth, gender equality and inter generational equality. Pemberdayaan adalah upaya untuk mengembangkan potensi dan daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Misal : menawarkan nilai-nilai budaya, seperti: kerja keras, hemat, keterbukaan dan tanggungjawab (Bagian pokok dari upaya pemberdayaan)
PENGERTIAN DAN INDIKATOR PEMBERDAYAAN
1.  Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung (Ife, 1995:56).
2.  Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial (Swift dan Levin, 1987:xiii).
3.  Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya (Rappaport, 1984:3).
4. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parsons, et al., 1994:106).
5. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah, untuk (a) memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barangbarang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (b) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.
Berdasarkan definisi-definisi pemberdayaan di atas, dapat dinyatakan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.
Schuler, Hashemi dan Riley mengembangkan beberapa indikator pemberdayaan, yang disebut empowerment index atau indeks pemberdayaan (Girvan, 2004):
1.  Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi ke luar rumah atau wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis, bioskop, rumah ibadah, ke rumah tetangga. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian.
2.  Kemampuan membeli komoditas ‘kecil’: kemampuan individu untuk membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari (beras, minyak tanah, minyak goreng, bumbu); kebutuhan dirinya (minyak rambut, sabun mandi, rokok, bedak, sampo). Individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.
3.  Kemampuan membeli komoditas ‘besar’: kemampuan individu untuk membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, TV, radio, koran, majalah, pakaian keluarga. Seperti halnya indicator di atas, poin tinggi diberikan terhadap individu yang dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.
4.  Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputuan rumah tangga: mampu membuat keputusan secara sendiri maupun bersama suami/istri mengenai keputusan-keputusan keluarga, misalnya mengenai renovasi rumah, pembelian kambing untuk diternak, memperoleh kredit usaha.
5.  Kebebasan relatif dari dominasi keluarga: responden ditanya mengenai apakah dalam satu tahun terakhir ada seseorang (suami, istri, anakanak, mertua) yang mengambil uang, tanah, perhiasan dari dia tanpa ijinnya; yang melarang mempunyai anak; atau melarang bekerja di luar rumah.
6. Kesadaran hukum dan politik: mengetahui nama salah seorang pegawai pemerintah desa/kelurahan; seorang anggota DPRD setempat; nama presiden; mengetahui pentingnya memiliki surat nikah dan hukum-hukum waris.
7.  Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes: seseorang dianggap ‘berdaya’ jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain melakukan protes, misalnya, terhadap suami yang memukul istri; istri yang mengabaikan suami dan keluarganya; gaji yang tidak adil; penyalahgunaan bantuan sosial; atau penyalahgunaan kekuasaan polisi dan pegawai pemerintah.
8.  Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: memiliki rumah, tanah, asset produktif, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi jika ia memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dari pasangannya.
Dimensi Pemberdayaan
Kieffer (1981) mengemukakan tiga dimensi pemberdayaan. Ketiga dimensi tersebut adalah:
1. Kompetensi kerakyatan
2. Kemampuan sosiopolitik
3. Kompetensi partisipatif (Suharto, 1997:215)
Menurut Parsons et. al., (1994:106), pemberdayaan sedikitnya mencakup tiga dimensi:
1.  Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang  lebih besar
2.  Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya-diri, berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain.
3. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih menekan.
PENDEKATAN PEMBERDAYAAN
Menurut Ife (1995: 61-64), pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan klien atas:
1.  Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup: kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal, pekerjaan.
2.  Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya.
3.  Ide atau gagasan: kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpatekanan.
4.  Lembaga-lembaga: kemampuan menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembagakesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan.
5. Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal dan kemasyarakatan.
6.  Aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa.
7. Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.
Pendekatan
Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan di atas dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan. Parsons, et. al., (1994:112-113) menyatakan, bahwa proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Menurutnya, tidak ada literatur yang menyatakan bahwaproses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu-lawan-satu. Meskipun pemberdayaan seperti ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien, hal ini bukanlah strategi utama pemberdayaan. Namun demikian, tidak semua intervensi dapat dilakukan melalui kolektivitas. Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat sajadilakukan secara individual; meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain di luar dirinya. Karenanya, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan: mikro, mezzo, dan makro.
Pendekatan Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisisintervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai Pendekatan yang Berpusat pada Tugas (task centered approach).
Pendekatan Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Pendekatan Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar (large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Pendekatan ini memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

PENDAMPINGAN SOSIAL SEBAGAI STRATEGI PEMBERDAYAAN
Dalam kaitannya dengan masyarakat miskin, kelima aspek pemberdayaan tersebut dapat dilakukan melalui lima strategi pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan (Suharto, 1997:218-219):
1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkin kanpotensi masyarakat miskin berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat miskin dari sekatsekat cultural dan struktural yang menghambat.
2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat miskin dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat miskin yang menunjang kemandirian mereka.
3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.
4. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat miskin mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat miskin agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.
5. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.

 Sumber ; Makalah/Subhilhar (Ketua Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Sumatera Utara)

Read more »

Minggu, 18 Desember 2011

Bertindak Benar dan Baik

Terkadang kita menghadapi dilema dalam hidup ini.  Menjalani hidup akan terhadapkan pada pilihan-plihan yang mungkin saja tidak nyaman dengan hati.  Bisa jadi antara pikiran dan rasa bertentangan sehingga akan mempengaruhi sikap serta tindakan. Ada kalanya, tindakan kita berlawanan dengan hati nurani, tetapi memang harus melakukannya, ya mau apa lagi.  Atau mungkin hati dan pikiran kita ingin melakukan sesuatu tetapi dalam waktu yang bergulir kita tidak melakukan apa-apa, ya sama saja bohong.
Balutan situasi tertentu kadang memaksa adanya pembatasan-pembatasan yang membuat kita akhirnya hanya berdiam atau hanya bisa memaksa berdiri tanpa harus melanjutkannya untuk melangkah dan bertindak.  Keraguan, kegamangan, ketakutan, kekuatiran, kewaspadaan atau bahkan kehati-hatian dalam dimensi pikiran manusia bisa memperlambat gerakan atau tindakan kita dalam menentukan pilihan.
Bagi mereka yang mampu meloncat dari jebakan pertentangan pilihan untuk bertindak, mungkin saja juga belum benar dan baik dalam menjalaninya.  Ya, tentu saja, benar dan baik  haruslah menjadi landasan bagi manusia untuk bersikap serta bertindak.  Benar dan baik merupakan dua hal yang saling terikat dalam simpul kehidupan ini.
Melakukan sesuatu yang benar sejatinya harus menyertakan cara-cara kebaikan, demikian pula kebaikan yang kita terapkan haruslah mengandung kebenaran.  Niat atau keinginan yang benar mesti tergambarkan oleh perilaku baik, sebaliknya, lukisan kebaikan yang kita paparkan dalam hidup ini niscaya kebenaranlah dimensinya.
Ada cerita yang sering menjadi bahan renungan untuk melakukan kebenaran dan kebaikan.  Mungkin saja para sahabat pembaca sudah pernah mendengarnya, namun saya pikir adalah suatu kebenaran dan kebaikkan jika saya menceritakan kembali. Ya, setidaknya untuk menyegarkan pikiran dan bagi sahabat yang belum pernah dengar semoga bisa menjadi inspirasi. Oke !
Cerita pertama adalah kisah kera dan ikan.  Pada suatu waktu yang cerah di dalam hutan ada seekor kera dan ikan yang riang bermain di danau yang indah dan sejuk.  Kera meloncat-loncat di pohon yang rindang sedangkan ikan berenang dan menyelam di danau yang jernih itu.  Cuaca cerah sedetik kemudian menjadi mendung, gelap akhirnya hujan dengan derasnya.  Kera secepatnya mencari pohon yang lebat untuk berteduh dan ikan tentu saja tetap berada di danau.  Hembusan angin membuat dingin suasana, kera menatap ikan-ikan yang ada dibawahnya.  Kera itupun berfikir, “ ikan-ikan itu apa tidak kedinginan ya ? “.  Setelah memandang ikan-ikan itu untuk beberapa saat, hati kera itu tersentuh kasihan melihat ikan-ikan itu kehujanan. “ Aku harus menolong ikan-ikan itu agar tidak kehujanan “, bisik kera.  Sedetik berikutnya kera itupun mengambil ikan-ikan yang di danau dan meletakkannya di dahan yang terlindung daun yang lebat. Nah, apa yang terjadi, tentu saja beberapa menit kemudian ikan-ikan tersebut pastilah mati. Kera pun sangat menyesal dan bingung atas kejadian ini.
Bagaimana sahabat, sudah bisa mengambil pelajaran dari cerita kera dan ikan ?
Salam sukses untuk kita !

By : Winardi Jadmiko

Read more »

Sabtu, 17 Desember 2011

ETIKA BISNIS

PENDAHULUAN
Bisnis merupakan suatu proses usaha yang bisa dilakukan oleh satu orang orang atau lebih dan bisa dilakukan secara berkelompok dengan cara pertukaran barang dan jasa dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sebagai upaya pencapaian tujuannya.  Proses pertukaran tersebut bisa berarti pembelian dan penjualan.
Proses praktek bisnis, pelaku bisnis akan berupaya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.  Usaha dalam pencapaian tujuan tersebut haruslah tidak boleh menggunakan segala cara.  Ada tanggung jawab moral sebagai pelaku bisnis yang harus dipertanggngjawabkan.  Untuk itu perlu bagi pelaku bisnis agar memahai aturan-aturan bisnis.  Aturan-aturan bisnis bisa dikategorikan 2 hal yaitu, aturan legal formal (hukum positif) dan aturan nilai-nilai moral atau etika.
Atuan legal formal merupakan aturan yang secara tertulis diatur suatu lembaga yang berwenang, dalam hal ini biasanya adalah pemerintah yang mempunyai kewenangan untuk membuat aturan-aturan hukum dalam berbisnis.  Mengenai aturan yang bersifat nilai-nilai etika akan terkait dengan nilai-nilai moral yang difahami oleh pelaku bisnis yang bersifat tidak tertulis.  Etika inilah sebenarnya yang terpenting dalam menjalankan kegiatan bisnis karena dengan etika diharapkan akan menjauhkan upaya menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kesempatan dan keuntungan  tadi, sehingga tidak  ada pihak yang dirugikan.  Berkaitan dengan hal tersebut perlulah kiranya untuk membahas tentang etika dalam berbisnis.

PEMBAHASAN
Berbicara tentang etika/moral  sangat erat kaitannya dengan pembicaraan agama dan budaya, artinya kaidah-kaidah dari moral pelaku bisnis sangat dipengaruhi oleh ajaran serta budaya yang dimiliki oleh pelaku-pelaku bisnis sendiri. Setiap agama mengajarkan pada umatnya untuk memiliki etika yang terpuji, apakah itu dalam kegiatan mendapatkan keuntungan dalam bisnis. Jadi, moral sudah jelas merupakan suatu yang terpuji dan pasti memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak. Umpamanya, dalam melakukan transaksi, jika dilakukan dengan jujur dan konsekwen, jelas kedua belah pihak akan merasa puas dan memperoleh kepercayaan satu sama lain, yang pada akhirnya akan terjalin kerja sama yang erat saling menguntungkan.
Etika dan bisnis perlu terus ada agar terdapat dunia bisnis yang  bisa  membuat  kepuasan, baik pada konsumen maupun produsen sehingga kedua pihak tidak ada yang merasa dirugikan.
Etika lahir dari orang yang memiliki dan mengetahui ajaran agama dan budaya. Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan hubungan dengan orang sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang mendasarkan bisnisnya pada agama akan memiliki moral yang terpuji dalam melakukan bisnis. Berdasarkan ini sebenarnya moral dalam berbisnis tidak akan bisa ditentukan dalam bentuk suatu peraturan yang ditetapkan oleh pihak-pihak tertentu. Etika harus tumbuh dari diri seseorang dengan pengetahuan ajaran agama yang dianut budaya dan dimiliki harus mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang baik dan harus selalu dipatuhi serta dilaksanakan.  Etika di dalam bisnis sudah  tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya  Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang  mengatur  adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak lain  agar mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam perekonomian.

 Dalam etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah :
1.        Pengendalian diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain dan menggunakan keuntungan dengan jalan main curang dan  menekan pihak lain.
2.        Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk uang, melainkan lebih luas lagi yaitu tanggung jawab pelaku bisnis terhadap kehidupan social sekitarnya.
3.  Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
Membangun  informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.

4.        Menciptakan persaingan yang sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan dampak positif  terhadap perkembangan sekitarnya..

5.        Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak menghancurkan lingkungan dan alam saat ini dan harus memikirkan keadaan masa depan.

6.        Menghindari sifat 3K (Koneksi, Kolusi dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.

7.        Mampu menyatakan yang benar itu benar
Artinya, pelaku bisnis hrus jujur, baik terhadap diri sendiri maupun masyarakat dan mitra bisnisnya.

8.        Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada saling percaya antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan.

9.        Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
Semua pelaku bisnis harus konsekuean dan berkomitmen utnuk melakanakan aturan –atuan yang telah disepakati

10.    Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
Jika etika ini telah memiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.

11.   Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan
Hal ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi" terhadap pengusaha lemah.

KESIMPULAN
Pelaku bisnis harus selalau memegang prisnsip-prinspi etika dalam menjalankan usaha.   Menjalankan etika dalam berbisnis sebenarnya meurpakan keuntungan bagi pelaku bisnis.  Dengan menjalankan etika, maka masyarakat atau kelompok yang terkait dengannya akan lebih memberikan apresiasi dan kepercayaan dalam membangun bisnisnya sehingga hal ini tentu saja akan menguntukan dan bisa mendukung  bisnisnya agar lebih berkembang dan berkelanjutan.

Pelanggaran etika bisnis itu dapat melemahkan daya saing hasil industri dipasar, baik pasar local maupun internasional. Ini bisa terjadi sikap para pengusaha kita. Bila pengusaha Indonesia menganggap remeh etika bisnis yang berlaku secara umum dan tidak pengikat itu.  Kecenderungan makin banyaknya pelanggaran etika bisnis membuat keprihatinan banyak pihak. Pengabaian etika bisnis dirasakan akan membawa kerugian bagi masyarakat dan tatanan ekonomi. Secara langsung ataupun tidak, disadari atau tidak, pengusaha yang tidak memperhatikan etika bisnis akan menghancurkan nama baik mereka sendiri dan merugikan bisnisnya.


Oleh ; Winardi Jadmiko, dari berbagai sumber

Read more »

Selasa, 13 Desember 2011

Perbedaan Nabi Dan Rasul





Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

 Pertanyaan :
Apakah terdapat perbedaan antara nabi dan rasul ?

Jawab :
Memang benar, ada perbedaan antara nabi dan rasul. Ulama mengatakan bahwa nabi adalah seorang yang diberi wahyu oleh Allah dengan suatu syari'at namun tidak diperintah untuk menyampaikannya, akan tetapi mengamalkannya sendiri tanpa ada keharusan untuk menyampaikannya.

Sedangkan rasul adalah seorang yang mendapat wahyu dari Allah dengan suatu syari'at dan ia diperintahkan untuk menyampaikannya dan mengamalkannya. Setiap rasul mesti nabi, namun tidak setiap nabi itu rasul. Jadi para nabi itu jauh lebih banyak ketimbang para rasul. Sebagian rasul-rasul itu dikisahkan oleh Allah Ta'ala dalam Al-Qur'an dan sebagian yang lain tidak dikisahkan.

Allah Ta'ala berfirman:
"Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mu'jizat melainkan dengan seizin Allah". (Ghafir : 78)

Bertolak dari ayat ini, maka dapat disimpulkan bahwa setiap nabi yang disebutkan di dalam Al-Qur'an adalah juga sebagai rasul.


Pertanyaan :
Apakah para rasul yang ada itu memiliki keutamaan yang sama di antara mereka ?

Jawab :
Rasul-rasul yang ada tidak memiliki keutamaan yang sama, Allah telah berfirman :

"Artinya : Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat". (Al-Baqarah : 253)
"Artinya : Sungguh telah Kami utamakan sebagian nabi-nabi itu atas



Read more »

PRINSIP AKIDAH ISLAM

Aqidah Islam dasarnya adalah iman kepada Allah, iman kepada para malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada para rasul-Nya, iman kepada hari akhir, dan iman kepada takdir yang baik dan yang buruk. Dasar-dasar ini telah ditunjukkan oleh Kitabullah dan sunnah rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Read more »

BAHAN TAMBAHAN PANGAN (BTP)

Bahan Tambahan Pangan adalan bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi diambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental (menurut Undang-undang RI nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan).
            Penggunaan BTP ini diatur oleh perundang-undangan, oleh karena itu perlu dipilih secara benar jika akan digunakan dalam pangan.

Read more »