Poerwadarminta menjelaskan keinginan mempunyai kesamaan arti dengan kemauan atau kehendak. Kehendak mempunyai pengertian suatu fungsi jiwa untuk dapat mancapai sesuatu (Agus Sujanto, 1981). Selanjutnya dijelaskan bahwa kehendak ini merupakan kekuatan dari dalam dan tampak dari luar sebagai tindakan. Berfungsinya keinginan ini berkaitan dengan pikiran dan perasaan. (Agus Sujanto, 1981)
Keinginan untuk menjadi tindakan biasanya melalui proses dasar yang berupa dorongan (motif) dan perjuangan motif sehingga mencapai suatu pilihan yang berupa keputusan untuk berperilaku. Dalam proses menuju
keputusan ini terbentuk suatu nilai yang disebut sikap.
keputusan ini terbentuk suatu nilai yang disebut sikap.
Banyak ahli telah mendefinisikan tentang sikap (attitude). Definisi tentang sikap sangat banyak dan beragam. Para ahli psikologi seperti likert, Charles Osgood dan Thurstone menjelaskan, “Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan” (dalam Saifuddin Azwar, 2002). Oleh Berkowitz (1972) (dalam Saifuddin Azwar, 2002) lebih lanjut menjelaskan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek merupakan perasaan mendukung dan memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut.
Lapierre (1934) (dalam Allen, Gmy & Edgley, 1980, dalam Saifuddin Azwar, 2002) mendefinisikan “Sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.”
Dari definisi tersebut menjelaskan bahwa sikap terjadi karena ada rangsangan sosial. Ini berarti sikap sangat berhubungan dengan lingkungan sekitar. Hal ini sejalan dengan pengertian yang diberikan oleh Secord & Backman (1964) (dalam Saifuddin Azwar, 2002) bahwa “Sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya”.
Breckler (1984) (dalam Saifuddin Azwar, 2002) memandang sikap sebagai kombinasi reaksi afektif, perilaku dan kognitif terhadap objek. Penjelasan-penjelasan mengenai sikap umumnya sepakat merupakan reaksi atau respon terhadap terhadap objek. Reaksi-reaksi ini akan menimbulkan perilaku atau tindakan, jadi perilaku-perilaku akan terbentuk oleh sikap.
Sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperanan sebagai perantara antara responnya dan objek yang bersangkutan. Respons diklasifikasikan dalam tiga macam, yaitu respons kognitif (respons perseptual dan pernyataan mengenai apa yang diyakini), respons afektif (respons syaraf simpatetik dan pernyataan afeksi), respons perilaku atau konatif (respons berupa tindakan dan pernyataan mengenai perilaku) (Saifuddin Azwar, 2002).
Perilaku manusia merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Karakter individu yang meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi termasuk di dalamnya berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan yang kemudian menentukan perilaku (Saifuddin Azwar, 2002). Lebih lanjut Saifuddin Azwar menjelaskan bahwa faktor lingkungan ini memiliki kekuatan yang besar dalam menentukan perilaku, bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar daripada karakter individu. Keadaan ini yang menjadikan prediksi perilaku lebih kompleks (Saifuddin Azwar, 2002).
Perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh individu secara umum mempunyai alasan. Ajzen dan Martin Fishbein menjelaskan Teori Tindakan Beralasan (Ajzen & Fishbein, 1980 dalam Brehm & Kassim, 1990 ; Ajzen, 1988) (dalam Saifuddin Azwar, 2002) bahwa perilaku yang dilakukan atas kemauan sendiri berdasarkan pada asumsi-asumsi bahwa manusia umumnya melakukan sesuatu dengan cara-cara yang masuk akal, bahwa manusia mempertimbangkan semua informasi yang ada dan secara eksplisit manusia memperhitungkan implikasi tindakan mereka.
Teori ini menyatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang lebih teliti dan beralasan, dan mempunyai dampak bahwa perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu, perilaku tidak hanya dipengaruhi sikap tapi juga oleh norma-norma subjektif yaitu keyakinan mengenai sesuatu yang orang lain inginkan agar kita perbuat dan sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu niat untuk berperilaku tertentu (Saifuddin Azwar, 2002). Secara sederhana teori ini menjelaskan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan bila ia menilai perbuatan tersebut positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya (Saifuddin Azwar, 2002).
Sikap yang tersusun atas tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif mempunyai keterkaitan dan saling mendukung. Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai sesuatu yang berlaku atau sesuatu yang benar bagi objek sikap. Sekali kepercayaan terbentuk maka akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu (Saifuddin Azwar, 2002).
Penjelasan tersebut menjelaskan bahwa sikap dipengaruhi oleh kepercayaan seseorang tentang sesuatu objek, maka hal yang terpenting untuk membentuk sikap adalah dengan membangun kepercayaan nilai kepada seseorang mengenai objek sikap.
Komponen afektif menyangkut wilayah emosional atau perasaan subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap (Saifuddin Azwar, 2002). Perasaan atau emosional subjektif tersebut bisa mempunyai sifat reaksi positif dan negatif.
Komponen konatif menunjukkan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri manusia yang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Ini berdasarkan asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan mempengaruhi perilaku. Artinya perilaku manusia dalam situasi tertentu ditentukan oleh kepercayaan dan perasaan terhadap stimulus yang dihadapi (Saifuddin Azwar, 2002). Lebih lanjut Saifuddin Azwar menjelaskan ketiga komponen sikap mempunyai kaitan yang selaras dan konsisten serta mempolakan arah sikap yang sama.
Pembentukan sikap manusia memerlukan proses interaksi. Dalam interaksi sosial, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu sesuai dengan lingkungan. Saifuddin Azwar (2002) merumuskan ada beberapa faktor yang berperan dalam pembentukan sikap. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap tersebut adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengaruh faktor emosional.
Sikap sebagai reaksi objek sikap dalam lingkungan tertentu akan bersifat dinamis, artinya sikap bisa berubah sesuai dengan lingkungan. Perubahan sikap dilakukan melalui proses pembentukan, yaitu ada proses yang sengaja untuk merubah sikap. Untuk mendapat perubahan sikap kearah yang dikehendaki membutuhkan rekayasa dan pengendalian situasi lingkungan terutama yang berkaitan dengan pembentukan stimulus tertentu untuk menciptakan respons yang dikehendaki (Saifuddin Azwar, 2002).
Pengubahan sikap bisa dilakukan dengan strategi. Strategi yang dimaksud adalah dengan cara persuasi. Persuasi merupakan usaha pengubahan sikap dengan memasukkan ide, pikiran, pendapat serta fakta lewat pesan-pesan komunikatif. Sehingga menimbulkan peluang terjadinya perubahan sikap seperti yang diinginkan (Saifuddin Azwar, 2002).
Oleh ; Winardi Jadmiko
Sumber Pustaka :
Drs. Saifuddin Azwar, MA, 2002, " Sikap Manusia; Teori dan Pengukurannya " Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Oleh ; Winardi Jadmiko
Sumber Pustaka :
Drs. Saifuddin Azwar, MA, 2002, " Sikap Manusia; Teori dan Pengukurannya " Yogyakarta, Pustaka Pelajar
0 komentar:
Posting Komentar