Senin, 06 Februari 2012

Orang Tua Durhaka ???


 Sebutan anak durhaka lazim terdengar bagi anak yang tidak patuh terhadap orang tua atau yang tidak mengindahkan aturan serta lalai dalam melaksanakan kewajibannya.  Mungkin juga kita akan fasih memberikan stempel kepada anak-anak dengan predikat nakal bila mereka tidak menuruti aturan seperti orang tua inginkan.  Ya, sekali lagi durhaka lebih lekat membungkus pada tubuh anak-anak.
Bagaimana dengan orang tua ? Orang tua durhaka ? apa ada orang tua durhaka ?  Ya, tentu saja.  Sebenarnya ruang kedurhakaan itu bukan hanya anak-anak yang menempati.  Orang tua juga bisa saja berada dalam bingkai kedurhakaan itu jika tidak menunaikan kewajbannya dan mengisi hak-hak anak.
Sejujurnya para orang tua yang tidak memenuhi hak anak niscaya adil jika mendapat predikat orang tua durhaka.  Dalam kondisi normal, pemenuhan hak-hak anak tentu saja bukan hanya berarti yang bersifat materi tetapi juga kebutuhan jiwa serta fikirannya.  Sujurus dengan hal ini maka pengenalan terhadap alam semesta dan Sang Maha Pencipta merupakan keniscayaan.
Terkait dengan tulisan diatas, ada cerita yang semoga bisa menginspirasi kita sebagai orang dalam menjalankan amanat untuk mendidik anak.
Pada zaman khalifah Umar ada riwayat tentang kegundahan seorang bapak.  Bapak tersebut mempunyai masalah dengan anaknya yang menurutnya nakal.  Pada suatu ketika sang bapak merasa sangat geram menghadapi anaknya dan bapak ini menghadap kepada Umar untuk mengadukan perilaku anaknya serta berharap agar Umar memberikan nasihat serta memarahinya.
Singkat cerita, orang tua itu pun mengajak anak tersebut menghadap Umar untuk mendapat nasihat.  Sebenarnya anak tersebut sudah tahu kalau ia akan mendapat nasihat dan mungkin juga mendapat marah dari Umar.  Sesampainya di rumah Umar ia duduk dihadapan Umar. Sebelum Umar memberikan nasihat serta memarahinya ia pun megajukan pertanyaan kepada Umar.
“ Ya Amir Umar, sejatinya hamba sudah tahu  kalau kedatanganku ini akan mendapat nasihat dan mungkin juga amarah dari “, katanya.
“ Lalu ?” sahut Umar
“ Bolehkah hamba bertanya tentang sesuatu terlebih dahulu kepada Tuan.“ jawab si anak.
“ Apa yang hendak engkau tanyakan, anak ku ?” Tanya Umar.
“ Begini Tuan, saya hendak menanyakan tentang hak anak dari orang tua ?” Umar pun menjawab
“ Anakku, sesungguhnya hak anak dari orang tua itu ada tiga .” jelas Umar
“ Apa itu ya Tuan ku ?’ sahut si anak.  Umar lalu menjelaskan.
Pertama, anak berhak mendapat dan mempunyai ibu yang sholehah (baik).  Kedua, anak berhak mendapat nama yang bagus dan indah serta yang ketiga, anak berhak mendapat pengajaran/pendidikan (al-Qur’an) dari ayahnya.” Jelas Umar.
Anak ini langsung menyahut “ Ya Amir Umar, demi Allah, aku tidak mendapatkan tiga hal yang Tuan jelaskan tadi ”. Ia pun melanjutkan “ Ibu ku seorang majusi, namaku nama yang hina dan ayah ku juga tak pernah sekalipun mengajariku tentang Qur’an. Bagaimana ya Amir ?”
Umar terkejut mendengar perkataan anak tersebut dan langsung berkata “ Anak ku, demi Allah, engkau tidak bersalah. Sejatinya yang bersalah dan durhaka adalah orang tuamu.  Mereka yang bertanggung jawab atas ketidaktahuanmu tentang adab etika.”
Kemudian Umar menyuruh anak tersebut untuk pulang dan menasihati orang tuanya agar menjadi orang tua yang benar dan baik. Anak itu kemudian bekerja kepada Umar serambi belajar tentang kebenaran dan kebaikan.
Demikian semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi dan bahan perenungan bagi kita agar lebih baik, lebih benar dan lebih bijak menjadi orang tua.

Oleh : Winardi Jadmiko, dari berbagai sumber

0 komentar:

Posting Komentar